Minggu, 06 November 2011

BUDIDAYA TANAMAN....

(Asparagus (Ingg.), Asparagus officinalis L. (Latin)) Famili: Liliaceae Asal: Asli Eropa dan Asia. Ditemukan tumbuh liar di Eropa, Afrika Barat Laut, Asia ke Timur sampai Iran. Dibudidayakan lebih dari 2000 tahun lalu dan digunakan sebagai makanan dan obat-obatan oleh bangsa Yunani dan Roma. Deskripsi: Tanaman perennial, tinggi 1-3 m, dioecious dengan akar menyebar dan tidak menembus dalam. Tanaman jantan menghasilkan rebung yang lebih besar dibandingkan tanaman betina. Ada dua jenis rebung asparagus, yaitu yang berwarna putih dan yang berwarna hijau. Bagian yang dikonsumsi: Rebung muda Budidaya: Memerlukan cahaya penuh dan drainase baik. Membutuhkan tanah yang subur dan berdrainase baik sehingga akar tidak busuk. Harus tersedia makanan yang cukup di permukaan tanah agar rebung baik. Benih direndam 2 hari sebelum semai atau pada suhu 25 – 35 o C (3-5 hari) dan dikeringkan. Perkecambahan benih bisa 2-6 minggu tergantung suhu, kelembaban tanah dan kedalaman tanam. Pada suhu di bawah 20 o C, perkecambahan berlangsung sangat lambat. Pada tanah asam ditambah kapur (tidak tahan asam, pH optimal 6 – 6.7) Pemupukan dilakukan secara top dressing dengan N dan K tinggi, P rendah. Panen: Panen dapat dilakukan mulai umur 6-9 bulan. Panen dilakukan dengan memotong rebung dan kemudian menimbun kembali sekeliling tanaman dengan tanah/kompos.
Bawang Bombai (Onion (Ingg.), Allium cepa (Latin)) Famili: Alliaceae Asal: Daerah Asia, mungkin dari Palestina atau India. Deskripsi: Tanaman herba biennial yang dibudidayakan sebagai tanaman annual kecuali untuk produksi benih. Suhu: 13 - 24 °C Budidaya: Perbanyakan bisa melalui benih (disemai 6 - 10 minggu sebelum transplant) atau dengan umbi Hasil yang lebih besar didapatkan dari pupuk N yang berasal dari ammonium sulfat dibandingkan dari sumber lain, namun jangan terlalu tinggi karena akan meracuni tanaman Panen: Bila daun terlihat layu. Namun di daerah tropik seringkali daun masih segar sehingga panen dilakukan dengan keadaan daun yang masih segar
Bawang Merah (Shallot (Ingg.), A. cepa var. aggregatum/A. ascaloricum (Latin)) Famili: Alliaceae Asal: Daerah Asia Barat. Dibudidayakan di Mesir 3500 SM. Bagian yang dikonsumsi: Umbi dan terkadang juga daunnya Deskripsi: Tanaman perennial dan jarang menghasilkan biji. Suhu: 25 - 32 °C Budidaya: Perbanyakan melalui umbi (karena tanaman dari benih tidak sama dengan tanaman induk) Membutuhkan pupuk dengan kandungan N, P dan K tinggi Penanaman dilakukan pada bedengan yang ditinggikan (sistem surjan) Ujung umbi dipotong 1/3-nya untuk mempercepat tumbuh tunas Meskipun tidak menyukai hujan, bawang merah membutuhkan banyak air. Penyiraman dilakukan setiap hari pagi dan sore hari mulai saat tanam hingga satu minggu sebelum panen. Panen: Bila daun terlihat menguning
Bawang Putih (Garlic (Ingg.), A. sativum (Latin)) Famili: Alliaceae Asal: Daerah Eropa Selatan. Tidak disukai oleh bangsa Romawi karena aromanya yang menyengat namun diberikan sebagai makanan kepada para pekerja dan tentara. Digunakan di Inggris awal abad 16. Bagian yang dikonsumsi: Umbi Deskripsi: Tanaman monokotil dengan daun pipih dan padat tidak seperti daun bawang merah/bombai yang berbentuk tabung. Suhu: Membutuhkan suhu rendah (dataran tinggi), namun sekarang banyak ditanam di dataran rendah. Budidaya: Tanah yang asam dikapur hingga pH-nya 6.5-7.5 Penanaman melalui siung bawang putih bagian luar (sebaiknya yang telah disimpan selama beberapa bulan dengan suhu 5 o C untuk merangsang pengumbian) Sumber pupuk N sebaiknya juga yang mengandung S untuk menambah aroma Panen: Bila daun sudah terlihat layu (90-120 hari)
Bawang Bakung/Semprong (Japanese Bunching Onion/ Welsh Onion (Ingg.), A. fistulossum (Latin)) Famili: Alliaceae Asal: Tanaman ini telah ditanam sejak berabad-abad yang lalu di Cina dan Jepang Deskripsi: Tanaman perennial yang dibudidayakan secara annual atau biennial. Tanaman tidak menghasilkan umbi. Daun berbentuk bulat panjang, berlubang seperti pipa Bagian yang dikonsumsi: Daun Suhu: 18 - 25 °C Budidaya: Perbanyakan melalui benih atau pemisahan tanaman. Pemutihan batang dilakukan dengan menimbun tanah ke batang secara bertahap.
Bawang Prei (Leek (Ingg.), A. porrum (Latin)) Famili: Alliaceae Asal: Daerah Mediterania dan telah dibudidayakan sejak jaman prasejarah. Tanaman ini telah dikenal oleh bangsa Yunani kuno dan Roma. Deskripsi: Tanaman biennial dengan pelepah daun yang panjang dan pipih/tidak berlubang. Tanaman tidak menghasilkan umbi. Suhu: 11 - 23 °C Bagian yang dikonsumsi: Batang dan daun Budidaya: Perbanyakan melalui benih yang disemaikan terlebih dulu baru ditransplant ke lapang Batang diblansir dengan cara tanaman ditanam agak dalam dan ditimbun secara bertahap dengan tanah (penimbunan jangan terlalu awal karena akan membuat tanaman muda busuk)
Bawang Kucai (Chive (Ingg.), A. schoenoprasum (Latin)) Famili: Alliaceae Asal: Eropa Deskripsi: Tanaman perennial, daunnya kecil-kecil, panjang dan pipih serta berwarna hijau tua. Tumbuh mengelompok membentuk rumpun dan umbi kecil Bagian yang dikonsumsi: Daun Budidaya: Perbanyakan dapat melalui biji atau pemisahan rumpun tanaman Sebaiknya tanaman dibongkar dan ditanam kembali setelah 2-3 tahun agar pertumbuhannya lebih baik Panen: Potong daun dengan pisau (pemotongan daun akan merangsang pertumbuhan baru)
Bayam (Chinese spinach (Ingg.), Amaranthus tricolor (Latin)) Famili: Amaranthaceae Asal: Daerah Amerika Tropis. Dalam perkembangannya dari Amerika Latin, bayam dipromosikan sebagai tanaman pangan sumber protein terutama bagi negara-negara berkembang. Deskripsi: Tanaman annual. Batang utama tegak dengan beberapa cabang lateral membentuk semak dalam pertumbuhannya. Beberapa jenis bayam memiliki cabang lateral lebih pendek. Tinggi tanaman dapat mencapai 150 cm. Batang terutama hijau muda atau kemerahan. Daunnya sederhana dengan tulang daun yang jelas berkisar dari warna hijau muda, hijau sampai kemerahan. A. tricolor termasuk jenis varietas bayam cabut. Varietas lainnya adalah A. dubius yang termasuk bayam petik dengan daun lebar berwarna hijau tua atau kemerah-merahan dengan masa vegetatif yang lebih lama daripada bayam cabut serta A. cruentus yang dapat dijadikan bayam cabut maupun bayam petik dengan daun lebar dan berwarna hiaju keabuan, namun lebih cocok tumbuh di dataran tinggi. Kandungan Gizi: Vitamin A, BI, B2 dan C serta unsur Ca, Fe, dan P. Budidaya: Penanaman melalui benih yang ditebar langsung (bisa dengan alur atau tebar merata) Setelah tanaman cukup besar dilakukan panen yang sekaligus merupakan penjarangan tanaman (3-4 MST) pada bayam cabut dan 1-1.5 BST pada bayam petik dengan interval waktu pemetikan seminngu sekali. Bit (Beet (Ingg.), Beta vulgaris L.) Famili: Chenopodiaceae Asal: Diduga berasal dari eropa dan dibudidayakan oleh bangsa Yunani. Bit merah dikembangkan kemudian oleh Bangsa Romawi. Bit hasil pemuliaan pertama dicatat di Jerman tahun 1558 dan di Inggris tahun 1576. Budidaya bit untuk produksi gula dimulai di Silesia tahun 1801 ditunjang oleh Perang Napoleon ketika Inggris memblokade Perancis dan memotong jalur suplai gula dari India Barat. Budidaya: Memerlukan cahaya penuh. Tanah berdrainase baik. Jarak tanam 15 – 30 cm. Satu cluster benih bisa lebih dari satu benih sehingga perlu dilakukan penjarangan jika ditanam langsung. Pada benih monojam hanya terdiri dari satu benih sehingga tidak perlu dijarangkan. Rendam benih di air hangat 1,5 hari sebelum tanam.
Brokoli (Broccoli (Ingg.), B. oleraceae var. italica (Latin)) Famili: Brassicae Asal: Tiba di Itali dari Kreta, Cyprus/ Mediterania pada abad ke-17 Bagian yang dikonsumsi: Bunga dan tangkainya (warna bunga hijau ungu/putih) Suhu: 16 °C Budidaya: Tanah berdrainase baik dengan kadar N agak rendah Penyemaian hingga siap tanam: 1-1,5 bulan Panen: 2-3 BST (dilakukan pada saat bunga belum membuka dan masih kompak)
Buncis (Bean (Ingg.), Phaseolus vulgaris (Latin)) Famili: Leguminosae Asal: Berasal dari Amerika Tengah (Mexico Selatan, Guatemala dan Honduras). Biji yang ditemukan di gua Cuitarrero, Peru menunjukkan tahun 6000 SM dan dari gua di lembah Tehuacan di Mexico Tengah menunjukkan tahun 4000 SM. Buncis dibawa ke Eropa pada awal abad 16 dan ditanam di Inggris oleh Gerard sebelum 1597. Mula-mula varietas yang ditanam adalah tipe merambat, buncis tipe semak baru ditanam pada awal abad 18. Deskripsi: Tanaman annual merambat. Terdapat dua tipe seperti kapri, yaitu tipe merambat dan semak/perdu. Bagian yang dikonsumsi: Polong yang masih muda Suhu: 16 - 30 °C Budidaya: Dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, namun untuk pembentukan nodul akar yang baik diperlukan tanah ringan dengan drainase dan aerasi yang baik Benih ditanam langsung (dianjurkan yang telah diberi fungisida/seed treatment) Tanaman merambat diberik ajir (bisa ditanam setelah jagung untuk tempat merambat) Pengairan yang cukup Panen: 1,5 – 2,5 BST (polong masih renyah)
Cabai (Pepper (Ingg.), Capsicum annuum (Latin)) Famili: Solanaceae Asal: Cabai berasal dari dunia baru (Meksiko, Amerika Tengah dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan). Penyebab rasa pedas pada cabai adalah capsaicin yang bervariasi menurut varietas dan dipengaruhi iklim. Cuaca panas merangsang cabai menjadi lebih pedas. Deskripsi: Tanaman semak perennial berumur pendek, warna bunga tergantung spesies. Sistem perakarannya agak menyebar, daun hati berbentuk hati lonjong atau bulat telur dengan letak yang berselang-seling. Batang utamanya tegak dan berkayu pada pangkalnya, dengan tinggi tanaman 30-75 cm. Bunga pertama muncul dari puncak sumbu utama dan untuk selanjutnya akan muncul ketiak daun. Warna mahkota bunga putih sampai ungu. Buah dapat berwarna hijau atau ungu (muda) dan merah, jingga atau kuning (tua). Bentuk buah bervariasi mulai dari linier, kerucut, bulat atau gabungan dengan posisi buah tegak, landai atau menggantung, tergantung kultivar. Jenis Cabai: Cabai besar (Capsicum annuum) Cabai merah (Chili Peppper (Ingg.), C. annuum var. longum (Latin)) Paprika (Bell Pepper (Ingg.),C. annuum var grossum) Cabai hijau (C. annum var. annuum) Cabai kecil/cabai rawit. (Tobasco pepper (Ingg.), C. futescens (Latin)) Cabai jemprit Cabai ceplik Cabai putih Varietas Cabai Merah: TM-999. Varietas cabai keriting hibrida ini memiliki pertumbuhan yang sangat kuat dan kokoh. Pembungaannya berlangsung terus-menerus sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran buahnya 12.5 cm x 0.8 cm dengan berat buah 5-6 g. Rasanya sangat pedas, cocok untuk digiling dan dikeringkan. Hasul per tanaman berkisar 0.8-1.2 kg. TM 888. Varietas hibrida ini memiliki sosok tanaman yang besar dan daun lebih lebar dari TM 999. Adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan yang panas, tahan serangan phytaphthora & anttraknosa. Panjang buah 13,5 x 1,4 cm dengan berat buah 7-8 g. SALERO. Berpenampilan menarik seperti umumnya cabai keriting lo­kal. Varietas ini memiliki adaptasi penanaman yang cukup luas dengan produktivitas per hektar cukup tinggi. TARO. Varietas Taro mempunyai ukuran buah yang sedikit lebih besar dibandingkan caabai keriting TM-999. Sosok tanamannya besar dan kekar dengan ruas percabangan panjang. Tanaman ini mampu ber­produksi baik di dataran rendah sampai menengah ( sampai 1000 m dpl). Hasil per tanaman berkisar 0.75-1.2 kg, tergantung kondisi terakhir tanaman. KUNTHI. Mempunyai bentuk buah keriting, kulit kasar, ujung runcing, rasa pedas dan seragam seperti cabai keriting lokal. Tanaman kokoh dan dapat beradaptasi di dataran rendaah, sedang sampai tinggi. Masa panennya panjang sehingga produksi buahnya pun tinggi dengan potensi hasil 20 ton per hektar. Kualitas buah yang ba­gus menyebabkan varietas ini dikonsumsi segar dalam bentuk cabai hijau maupun merah dan dapat dikeringkan. CTH-01. Cabai keriting hibrida ini mempunyai bentuk buah yang benar-benar keriting. Cabai ini mulai banyak ditanam petani, meskipun selama ini pengembangannya masih bertumpu pada daerah dataran rendah, namun cabai CTH-01 pun sebenarnya mampu berproduksi dan tumbuh dengan baik di datar­an menengah hingga tinggi. Cabai ini cocok untuk konsumsi segar maupun dikeringkan, dengan produksi per hektanya mampu mencapai lebih dari 20 ton. HOT BEAUTY. Varietas cabai besar ini sering disebut dengan cabai TW. Buahnya mempunyai ukuran 13 x 1,4 cm dengan bobot 7,5 gram per buah. Rasa kurang pedasdan warna merah menggiurkan. Bentuk buah besar dan daging buah yang tipis. Tetap segar selama satu minggu sejak petik. Masa panen lebih panjang dan dapat ditanam di dataran rendah atau tinggi. LONG CHILI. Ukuran buah lebih besar dari hot beauty dan hero. Buah berukuran 18 x 2 cm dan bobot 18 gram per buah. Warna buah merah menyala saat masak. Bentuk buah ramping, kulit mulus dan berdaging tebal. Mampu berproduksi 2 kg per tanaman. Hanya mampu berproduksi di dataran tinggi 800-1500 m dpl. HERO. Varietas ini berukuran 15 x 1,8 cm dan bobot rata-rata 16 gram per buah. Mampu berpraduksi 1,9-2,1 kg pertanaman. Cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 400-800 m dpl, tapi bisa juga beradaptasi di dataran rendah 50-200 m dpl. Peka terhadap antraknosa, sehingga lebih baik ditanam pada musim kemarau. RABU. Varietas ini cocok dikembangkan di dataran rendah sampai menengah (0-800 mdpl). Penampakan tanaman kokoh dengan percabangan banyak serta bertajuk lebat dan kompak. Varietas ini mempunyai kemurnian genetis tinggi sehingga dalam satu hamparan pertanaman tampak seragam. Tahan terhadap serangan hama trips dan penyakit patek/antraksnosa. Buahnya silindris lurus, ujung runcing, padat, daging tebal, rasa pedas dan warnanya merah tua mengkilap pada saat masaak. Panen perdana berlangsung sekitar 70-75 HST (hari setelah tanam) dengan hasil 1.0-1,5 Kg/tanaman atau sekitar 18-27 ton/ha. Buahnya tahan terhadap pengangkutan jarak jauh. MARATON. Seperti halnya Prabu, varietas Maraton pun cocok di tanam di dataran rendah sampai menengah. Penampakan fisik tegak dan kokoh serta memiliki tajuk yang lebih lebat dan kompak. Varietas ini mempunyai kemurnian genetik tinggi, tahan terhadap seranaan penyakit layu Pseudomonas, patek/antraksnosa, dan bercak daun bak­teri. Sangat cocok ditanam pada akhir musim kemaraau atau musim hujan. Berat rata-rata per buah mencapai 12. 5-14.3 g. Panen per­dana berlangsung sekitar 70-75 HST dengan hasil 1.0-1.5 Kg/tanaman atau sekitar 18-27 ton/ha. Buahnya tahan dalam penyimpanan dan transportasi jarak jauh. ARIMBI-513. Memiliki penampilan yang kokoh serta cabang yang kekar dan lebar. Varietas ini relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit, terutama layu bakteri. Buahnya besar, halus ujung lan­cip, panjang 13 cm, diameter 2 cm, warna merah, kompak dan sangat berkualitas. Produksi buah berlangsung terus-menerus dan mulai dapat dipanen pada umur 80 HST. Rata-rata produksi 1.25-1.5 Kg/tanaman atau 22.5-27.0 ton dengan populasi 18.000 tanaman per hektar. Buahnya tahan pengangkutan jarak jauh dan dapat dipasarkan lokal maupun ekspor. CAKRA PUTIH. Varietas cabai rawit ini berwarna putih kekuningan yang berubah merah cerah saat masak. Pertumbuhan tanman sangat kuat dengan membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Mampu menghasilkan buah 12 ton per hektarnya dengan rata-rata 300 buah per tanaman, dipanen pada umur 85-90 HST. Cakra putih ini pun tahan terhadap serangan penyakit antraksnosa. CAKRA HIJAU. Varietas cabai rawit ini mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun tinggi. Saat tanaman muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah merah. Potensi hasilnya 600 g per tanaman atau 12 ton per hektar. Rasanya pedas, tahan ter­hadap serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang cabai. Panen berlangsung pada umur 80 HST. Suhu: 18 – 27 °C Suhu yang terlalu tinggi tapi kelembaban rendah meningkatkan laju transpi­rasi yang mengakibatkan bunga dan buah rontok. Budidaya: Tanah subur dan berdrainase baik Relatif tahan terhadap kemasaman tanah Semai – transplant: 4 – 5 minggu Pewiwilan Pada curah hujan tinggi bunga akan mudah gugur Panen: 2 – 3 BST, interval panen 2-3 hari. Pada cabai merah atau cabai keriting, pemanenan dapat dilakukan hingga 6 bulan. Untuk cabai rawit bisa mencapai 2 tahun. Cara pemetikan buah cabai dari pohonnya perlu diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan pada tanaman cabai sehingga bisa berproduksi secara optimal. Suhu optimal untuk penyimpanan cabai 7-10 o C. Jika disimpan di bawah suhu ini dapat menimbulkan chilling injury yang merusak buah rusak. Hama dan Penyakit: Ulat grayak Gejala serangan tampak berupa lubang-lubang pada daun. Pengendalian secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida, seperti Baythroid 50 EC, Alsystin 25 WP, Curacorn. Volume semprotnya kira-kira 500 l air/ha. Penyakit bercak daun cercospora Penyebabnya Cercospora capsici, dengan gejala serangan bercak coklat pada daun yang terserang yang lama-kelamaan membesar dan menyebabkan gugurnya daun. Selain dengan cara memangkas dan membakar daun yang terserang, cara pengendalian yang lain adalah dengan menyemprotkan fungisida seperti Topsin M 70 WP, Delsen MX-200 sebanyak 1-2 kg/ha. Penyakit Antraknosa Penyebabnya Gleosporium piperatum dan Colletotrichum capsici. Gejala ditandai dengan pembusukan pada bauh cabai yang terserang. Penyakit ini dapat menyerang buah baik di lapang maupun di tempat penyimpanan. Selain dengan cara budidaya yang baik dan sanitasi lahan dapat dilakukan pengendalian secara kimiawi seperti pada penyakit bercak daun. Virus Virus yang menyerang cabai antara lain Tobacco mosai virus, cucumber mosaic virus. Pada Cucumber mosaic virus gejala serangannya tulang daun mengering dan daging daun hijau tua. Pengendalain tanaman yang terserang virus agar tidak menyebar dalah dengan cara eradikasi (dimusnahkan). Rebah kecambah (Damping-off) Penyebabnya Phytium, Rhizoctonia solani dan Phytophtora. Penyakit ini ditandai dengan kegagalan benih untuk berkecambah atau kematian bibit segera setelah pemunculan. Pencegahan penyakit ini adalah dengan merendam benih dalam larutan fungisida yang sesuai, mencelupkannya selama 5 menit dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5 % atau dengan merendam dalam air panas (50 o C) selama 1 jam. Pencegahan pada persemaian bisa dengan penaburan kapur secukupnya di atas permukaan persemaian.
Jagung Manis (Sweet Corn(Ingg.), Zea mays subspp. sacchorata (Latin)) Famili: Graminae Asal: Jagung berasal dari daerah Amerika tropis yang merupakan pangan penting di Meksiko, Amerika Tengah dan negara-negara di Amerika Selatan, namun tidak ditemukan tipe tanaman liar di daerah tersebut. Tongkolk jagung yang ditemukan di lima gua di lembah Tehuacan di Meksiko Selatan menunjukkan 5400-7200 tahun lalu. Fosil serbuk sari jagung yang ditemukan di Meksiko berusi 80.000 tahun. Deskripsi: Tanaman monoceious semusim herba penghasil biji. Jagung secara umum digunakan baik sebagai sayuran (baby corn), makanan utama maupun pakan ternak. Jagung manis disukai karena rasanya yang manis dan banyak dijual sebagai jagung rebus atau bakar. Endosperma jagung manis mengandung lebih banyak gula (5-6 %) daripada jagung biasa (2-3%). Selain itu yang membedakan jagung manis dan jagung biasa adalah tanaman jagung manis lebih pendek, batang dan tongkol lebih kecil dan kematangannya lebih cepat. Daun jagung manis juga berukuran lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Biji jagung manis yang masih muda berwarna jernih dan bercahaya, tetapi kemudian keriput setelah biji tua. Suhu: 21-30 °C Budidaya: Pada hari pendek jagung cepat berbunga, namun hari yang sangat pendek (8 jam penyinaran) dan suhu rendah (< 22 o C) menunda pembungaan Membutuhkan pemupukan (N, P dan K) yang tinggi dan pemberian pupuk kandang Kandungan Gizi: Penghasil energi, jagung kuning kaya provitamin A. Biji jagung manis mengandung banyak sukrosa. Selain itu kandungan lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa.
Jahe (Zingiber officinale) Famili: Zingiberaceae Deskripsi: Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna umbi, jahe dibagi menjadi: Jahe putih besar (jahe badak) Jahe putih kecil Jahe kuning (jahe emprit) Jahe merah (jahe sunti) Berdasarkan ukuran rimpang, jahe dibagi menjadi: Kelas I (> 250 g) Kelas II (150-250 g) Kelas III (<150 g) Bagian yang dikonsumsi: Rimpang Budidaya: Tanah lembab tapi berdrainase baik Rimpang ditanam agak dalam, tunas yang tumbuh dibumbun dengan tanah bercampur kompos atau pupuk kandang. Panen: 8-9 BST, produksi 20 ton/ha Jamur Merang (Straw Mushroom (Ingg.), Volvariella volvaceae (Latin)) Famili: Agaricaceae Asal: Budidaya sudah dimulai di Cina berabad-abad silam, namun baru disebutkan dalam literatur tahun 1822. Bagian yang dikonsumsi: Tubuh buah (Sporangium) Suhu: 30 °C Budidaya: Media tumbuh: merang Cahaya kurang lebih sama dengan penyinaran 15 menit cahaya matahari penuh diperlukan untuk memunculkan tubuh buah Media dijaga kelembabannya dengan menyemprotkan air Tubuh buah akan muncul 2-3 MST
Jamur Tiram (Oyster mushroom(Ingg.), Pleurotus osteratus (Latin)) Famili: Agaricaceae Deskripsi: Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena banyak tumbuh pada kayu yang sudah lapuk baik pada serbuk kayu maupun pada kayu gelondongan. Disebut jamur tiram atau karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram, dengan batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat pada tengah tudung tetapi agak ke pinggir. Suhu: Suhu terbaik untuk pertumbuhan miselium jamur ini adalah 22 – 28 °C dengan kelembaban 60 – 80 %. Sedangkan suhu terbaik untuk pembentukan badan buah jamur adalah 16 – 22 °C dengan kelembaban 80 – 90 %. Budidaya: Jamur ini tumbuh pada media yang mengandung kadar air 50 – 90 % dengan pH 6 – 7. Persiapan Media: Pengayakan Ukuran ayakan yang digunakan lebih kurang sama dengan ukuran ayakan pasir. Perendaman Serbuk kayu kering yang telah diayak direndam dalam air selama 6 – 12 jam disesuaikan dengan jenis kayu. Setelah selesai serbuk kayu ditiriskan. Pengukusan Pengukusan serbuk kayu dilakukan pada suhu 80 – 90 °C selama 4 – 6 jam. Pencampuran Seluruh bahan tambahan yang telah ditimbang sesuai dengan formulasi yang dipilih, dicampur dengan serbuk kayu yang telah dikukus. Air ditambahkan secukupnya hingga kadar air 50 – 65 %. Pengomposan Pengomposan dilakukan dengan membumbun campuran serbuk kayu kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1 – 2 hari. Proses pengompossan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu menjadi sekitar 50 °C. Kadar air campuran atau kompos harus diatur pada kondisi 50 - 65 % dengan pH 6 – 7. (Proses perendaman, pengukusan dan pengomposan dapat tidak dilakukan bila serbuk gergaji yang dipakai berasal dari kayu lunak dan seragam). Pembungkusan Kompos dibungkus plastik polipropilen yang berukuran 20 x 30 cm. Media diisikan secara manual sambil dilakukan pemadatan di dalam kantong plastik. Selanjutnya ujung kantong plastik dipasang cicin bambu atau potongan paralon sedemikian sehingga menyerupai botol dan ditutup dengan sisa-sisa kapas. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 – 90 °C selama 6 – 8 jam dengan cara pengukusan dididalam drum strerilisasi. Setelah dikukus media didinginkan hingga mencapai suhu 35 – 40 derajat celsius. Formulasi Formulasi Serbuk kayu (kg) Tapioka (kg) Bekatul (kg) Kapur (kg) Gips (kg) TSP (Kg) I 100 - 15 5 1 - II 100 - 5 2.5 0.5 0.5 III 100 - 10 2.5 0.5 0.5 IV 100 5 10 5 1 0.5 Untuk pertumbuhan misellium: Inokulasi (menanamkan bibit jamur) Inokulasi dilakukan dengan memasukan bibit sebanyak lebih kurang 1 sdt kedalam media steril melalui lubang ring yang telah dibuka penutup kapasnya. Setelah selesai inokulasi, penutup kapas dipasang kembali. Inkubasi Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah terisi bibit pada suhu 22 – 28 °C Inkubasi dilakukan hingga seluruh media penuh ditumbuhi miselium jamur tiram yang berwarna putih. Gejala ini berlangsung sekitar 1 bulan setelah inokulasi. Untuk pembentukan tubuh buah: Media jamur yang dipenuhi miselium siap untuk ditumbuhkan membentuk tubuh buah. Pembentukan tubuh buah ini dilakukan dengan membuka plastik pembungkus media sehingga miselium cukup untuk mendapatkan oksigen. Satu sampai dua minggu setelah plastik dibuka biasanya akan terbentuk tubuh buah. Tubuh buah yang telah berumur 2 – 3 hari siap untuk dipanen. Kondisi lingkungan yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah jamur tiram adalah suhu 16 – 22 oC dengan kelembaban 80 – 90 %. Panen: Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur (1 kg media tumbuh dapat menghasilkan kurang lebih 7 ons jamur tiram). Pada pertumbuhan yang baik, ukuran diameter jamur yang besar pada saat dipanen adalah 5 – 10 cm. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasarannya.